Selasa, 28 Februari 2012

Jaranan Dan Representasi Abangan

Kediri - Jaranan pada jaman dahulu adalah selalu bersifat sakral. Maksudnya selalu berhubungan dengan hal-hal yang sifatnya gaib. Selain untuk tontonan dahulu jaranan juga digunakan untuk upacara-upacara resmi yang berhubungan dengan roh-roh leluhur keraton. Pada jaman kerajaan dahulu jaranan seringkali ditampilkan di keraton.
Dalam praktek sehari-harinya para seniman jaranan adalah orang-orang abangan yang masih taat kepada leluhur. Mereka masih menggunakan danyangan atau punden sebagai tenpat yang dikeramatkan. Mereka masih memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap roh-roh nenek moyangnya. Mereka juga masih melaksanakan praktik-praktik slametan seperti halnya dilakukan oleh orang-orang dahulu.
Pada kenyataanaya seniman jaranan yang ada di kediri adalah para pekerja kasar semua. Mereka sebagian besar adalah tukang becak dan tukang kayu. Ada sebagian dari mereka yang bekerja sebagai sebagai penjual makanan ringan disepanjang jalan Bandar yang membujur dari utara ke selatan.
Cliford Geertz mengidentifikasi mereka dengan sebutan abangan. Geertz memberikan penjelasan tentang praktik abangan. Masayarakat abangan adalah suatu sekte politio-religius dimana kepoercayaan jawa asli melebur dengan Marxisme yang Nasionalistis ynag memungkinkan pemeluknya sekaligus mendukung kebijakan komunisdi Indonesia. Sambil memurnikan upacara-upacara abangan dari sisa-sisa Islam (Geertz 1983).
Dalam perkembanganya kesenian jaranan mengalami pasang surut. Hal ini disebabkan kondisi social masyarakat yang sudah berubah dalam memaknai dan mengambangkan jaranan. dari tahun-ke tahun jaranan mulai berubah dari yang sifatnya tuntunan menjadi tontonan dan yang paling menarik adalah jaranan sebagai alat untuk menarik simpatisan dan untuk pengembangan pariwisata.
Jaranan pada tahun 1960-an menjadi alat politik PKI untuk menopang kekuasaanya dan menarik masa. Pada tahun-tahun itu kebijakan Sukarno tentang Nasakom sangat mempengaruhi keberadaan lembaga-lembaga yang ada di bawah. Dari nasionalisme, Agama dan komunis ini, memiliki lembaga-lembaga sendiri. Kelompok itu memiliki basis kesenian sendiri-sendiri. Lekra, lesbumi dan LKN adalah lembaga kesenian yang ada di tingkat bawah.
Pada tahun itu jaranan sudah ada dan kebetulan bernaung dibawah pengawasan Lekra. Jaranan pada saat itu sudah sangat digemari masyarakat. Bahkan dikediri pada saat itu sudah berdiri beberapa kelompok jaranan. kelompok jaranan ini banyak digawangi oleh orang-orang yang berada di lembaga kesenian. Dari ketiga lembaga kesenian yang ada, semuanya memiliki kesenian sendiri-sendiri yang sesuai dengan misinya masing-masing.
Pada tahun 60an itu masing-masing kelompok jaranan berkontestasi dengan sehat. Walaupun mereka berasal dari lembaga kesenian yang berbeda, tapi pada saat itu mereka masih bisa berbagi ruang dan berkontestasi. Mereka saling mendukung dan mengembangkan kreatifitasnya dalam berkesenian.
Jaranan pada saat itu masih tampil dengan polos sekali. Pemainya hanya mengenakan celana kombor dan tanpa make up. Tidak ada batas antara pemain, penabuh dan penonton. Mereka sama-sama berada di tanah. Mereka bisa saling tukar main antara satu dengan lainya. Berbeda dengan jaman jepang pada yang masih menggunakan goni sebagai pakaiannya. Pada tahun-tahun 60an jaranan bisa tampil vulgar di manapun dia berada.
Pada tahun 1965 terjadi peristiwa pembersihan dari kalangan agamawan kepada kelompok-kelompok abangan. Pembersihan ini dilakukan tas kerjasamama Negara dengan kaum agamawan. Akibat dari pembersihan itu masyarakat abangan yang ada di Kediri pada saat itu sempat kocar-kacir. Terlebih pada orang-orang yang memang bergelut di lembaga PKI ataupun pernah terlibat.
Orang-orang yang terlibat sebagai anggota partai komunis dibunuh. Para seniman-seniman yang berada dibawah PKI yaitu Lekra dihabisi semua. Danyangan dan beberapa punden banyak yang dirusak. Bahkan patung-patung dan arca yang sekarang berada di museum Airlangga terlihat banyak yang hancur. Ini adalah akibat pertikaian politik 1965. segala property yang berhubungan dengan tradisi orang abangan dimusnahkan. Termasuk didalamnya adalah jaranan.
Setelah kejadian berdarah tahun 1965 itu jaranan yang dahulu adalah kesenian yang sangat dibangggakan masyarakat hilang seketika. Jaranan adalah representasi dari kaum abangan yang mencoba untuk memberikan eksistensi dirinya pada kesenian. Mereka benar-benar mengalami trauma yang berkepanjangan. Sehingga kesenian jaranan pada paska 65 mundur. Kondisi politik 65 ini telah membawa jaranan pada titik kemandekanya. Kecuali jaranan yang bernaung di bawah komunis aman dari pembersihan ini. Keberadaan jaranan pada saat itu juga masih relative sedikit. Trauma itu ternyata tidak dirasakan oleh orang-orang yang berasal dar lekra saja. Seniman dari lesbumi dan LKN waktu itu juga agak ketakutan untuk tampil di public. Kebanyakan dari seniman yang ada dikediri pada waktu itu juga berhenti dari kesenian untuk semantara waktu.
Pasca peristiwa berdarah itu seluruh elemen masyarakat memberikan identifikasi yang negatif terhadap kesenian jaranan. dari kalangan agamawan. Para agamawan beranggapan bahwa jaranan itu mengundang setan. Sehingga wajar jika pada saat itu para agamawan terlebih ansor menghabisi seniman-seniman yang berbau komunis di kediri.
Negara yang mulai memberikan pengngontrolan seniman dengan membuatkan Nomor Induk Seniman (NIS) pada kurun waktu tahun 1965-1967. Dengan memberikan NIS ini pemerintah bisa mengontrol lebih jauh seniman yang terlibat dengan komunis. Bagi yang tidak memiliki NIS biasanya mereka dikasih nomor aktif sebagai seniman. “Tanpa memiliki kartu ini, seniman tidak boleh tampil di ruang publik” kata Mbah Ketang.
Praksis paska 65 jaranan jarang sekali tampil di ruang public. Seniman-seniman jaranan yang berasal dari LKN mungkin masih bisa berunjuk kebolehanya di ruang public. Misalnya jaranan Sopongiro di Bandar dan jaranan Turnojoyo Pakelan. Dua jaranan ini bisa eksis dan tidak terberangus pada tahun 65 karena mereka adalah kelompok kesenian yang berasal dari LKN.
Stigmatisasi yang dikembangkan oleh agamawan dan Negara rupanya telah meberangus nalar masyarakat. Paska 65 masyarakat secara tidak langsung memberikan identifikasi negatif terhadap kesenian jaranan. Mereka masih menganggap bahwa kesenian jaranan itu adalah kesenian milik PKI.
Masyarakat tidak mau dicap merah oleh pemerintah dan kaum agamawan sebagai pengikut PKI. Akhirnya kesenian jaranan dijauhi oleh masyarakat.
Pasca terjadi peristiwa berdarah rtahun 1965 itu, kesenian jaranan mulai lumpuh total. Baru pada tahun 1977 jaranan mulai menggeliat lagi. Jaranan menjadi sebyuah idiom baru yang tampil berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Jaranan pada tahun sebeliumnya banyak berafiliasi dengan komunis akan tetapi pada tahun itu jaranan mulai menggandeng militer untuk dijadikan alat untuk melindungi dirinya. (EP).

Selasa, 21 Februari 2012

ADELIA MENGGOYANG LAGI

Tulungagung - Masih teringat di benak kita dalam beberapa episode yang lalu seprang artis kecil berbakat dari kota ingandaya  Tulungagung  Adelia (Adel) yang sering menghibur  lewat goyangan serta suara khasnya di Jawa Timur mampu memberi angin segar fans beratnya di kabupaten Blitar .Dalam tampilanya kali ini Adel berperan sebagai artis pendukung music assolole Sagita Djardut yang menampilkan mascot artis Eny sagita dalam rangka santunan anak yatim.minggu 22januari 2012 di desa Gandekan kecamatan  Wonodadi Blitar.
Dengan dukungan penonton yang luar biasa Adel semakin yakin dan mantap penampilanya. Adel yang masih duduk di bangku satu SMP di Tulungagung selain mengikuti dunia tarik suara juga terjun di dunia modeling ,dalam beberapa gelar juara diraihnya dalam beberapa event modeling sow di beberapa kota di Jawa Timur.
Yang mendapat nilai plus adalah tekat dan semangatnya untuk terus berbenah diri dari segala kekuranganya termasuk olahraga untuk menjaga kesetabilan body dan swaranya sehingga beberapa bulan ke depan nanti akan mencoba ikut event  organizer salah satu perusahaan tour sow di beberapa kota di klimantan .Adel memang ada aliran darah seni dari eyang putrinya yang bernama Kelip surati (bek lip) beliau di masa muda nya juga aktif dalam dunia tarik suwara namun sebagai sinden seni tayub dan wayang kulit yang berbekal tekat dan kemandirian sehingga semasa itu juga namanya sempat di kenal di sederetan waranggono Tulungagung.
Dengan punya nama besar dan darah seni yang mengalir  pada diri Adelia .artis yang beberapa tahun di tinggal orang tuanya merantau di luar daerah ini di didik oleh eyangnya, berpenampilan sederhana dan penuh keyakinnan terlihar pada actionya tak pilih pilih .karena adel juga mau di undang untuk menyanyi di acar orang hajatan seperti resepsi pengantin, syukuran, juga acara acara kantor sampai event akbar sekalipun dan di mana pun .ketika di temui Pasopati dirumahnya adel terlihat sangat ceria karena barusan sukses tampil bareng bersama awak dari Sagita yang sudah di kenal masyarakat .dia menuturkan kesuksesanya kali ini berkat dukungan masyarakat  serta penonton yang proaktif, juga teman dan semua kerabat. Juga ucapan terima kasih pada Tabloid Pasopati yang selalu mendampingi dan membantu kelancaran ini semua. (byo)

5 Alasan Kesehatan Berhenti Minum Soft Drink

Jakarta - Minuman ringan alias soft drink sepertinya sudah jadi tren khususnya di kalangan anak muda. Padahal sudah banyak ahli kesehatan yang mengingatkan bahwa soft drink sama sekali tidak sehat, apapun mereknya. Mengapa?
Tak ada manfaat kesehatan yang dapat diperoleh dari soft drink atau minuman bersoda. Yang Anda dapatkan hanyalah banyak kalori yang tidak berguna. Selain itu, minuman bersoda juga membawa dampak buruk bagi kesehatan sama halnya dengan merokok.
Tapi sepertinya imbauan-imbauan dari dokter atau praktisi kesehatan untuk berhenti mengonsumsi soft drink jarang didengar oleh kebanyakan orang. Tren modern seakan melekat ketika seseorang minum soft drink.
Mengapa harus berhenti minum soft drink?
Dilansir dari GeniusBeauty, Rabu (7/7/2010), berikut 5 alasan kesehatan mengapa orang harus berhenti minum soft drink:
Obesitas (berat badan berlebihan)
Peneliti di University of Texas menemukan bahwa soft drink meningkatkan risiko obesitas rata-rata 32,8 persen, sedangkan diet coke (soft drink bebas gula) justru meningkatkan risiko hingga 54,5. Maka soft drink bebas gula tak selalu sehat.
Kalori yang tak berguna
Sebagian besar minuman soda mengandung 250 kalori per 600 ml. Tak ada kandungan nutrisi atau mineral di dalamnya, melainkan hanya gula dan kafein.
Kecanduan atau adiktif
Soft drink juga dapat menyebabkan semacam kecanduan. Yang merangsang kecanduan adalah kandungan kafein di dalamnya. Setelah berhenti dari kebiasaan minum soft drink, Anda akan mengalami gejala putus zat seperti sakit kepala, depresi, gugup dan menggigil.
Meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes
Menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh American Heart Association di Circulation Journal pada tahun 2007, orang yang minum soft drink setiap hari akan meningkatkan risiko sindrom metabolik, yaitu suatu kondisi yang meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes, sebesar 44 persen.
Mengurangi jumlah sperma
Hasil studi di Denmark menunjukkan laki-laki yang mengonsumsi 1 liter atau lebih soft drink setiap hari bisa berbahaya bagi spermanya. Laki-laki yang sering mengonsumsi soft drink menghasilkan sperma 30 persen lebih rendah dibandingkan yang tidak mengonsumsi soft dr (mer/ir)

Warta Pasopati News Sebelumnya

  © PASOPATI Online ...Berita Informatif.Dan . Akuntabel

Ke : HALAMAN UTAMA