Jumat, 30 September 2011

Gedung SDN di Bojonegoro Kritis

BOJONEGORO-PasOpati, Gedung SD Negeri Ngulanan I di Desa Ngulanan, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, Jatim rusak parah, sehingga hampir ambruk.

Seperti dikutip oleh MICOM Jum'at 30 September 2011. Kondisi tersebut puluhan siswa merasa tidak nyaman saat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kerusakan itu hampir rata terjadi pada bangunan ruang kelas I-V. Kerusakan ini terlihat dengan banyaknya dinding tembok yang mengelupas dan retak-retak.

Kerangka serta sebagian dinding bangunan yang terbuat dari kayu dinding rapuh.Kerusakan ruangan terparah terjadi pada kelas IV. Sebab, sebagian kerangka atap bangunan mengalami rusak berat. Termasuk, plafon rungan ini juga banyak yang jebol.

Meski begitu, ruangan itu masih dipakai untuk kegiatan belajar mengajar oleh siswa dan guru.

Selain itu, kondisi lantai di semua ruangan kelas pecah dan retak. Begitu pula, kondisi gentengnya banyak yang pecah sehingga saat musim penghujan, ruangan kelas kebocoran.

"Belajar tidak tenang. Apalagi, kalau musim hujan. Takut kalau tiba-tiba ambruk," ujar siswi kelas IV, Anisa Yuliani.

Kepala SDN Ngulanan I, Siti Ihdiyati mengungkapkan, bangunan sekolahnnya terakhir diperbaiki pada 1974. Sejak saat itu hingga kini tidak kunjung ada perbaikan lagi. (OL-11)

Gedung SDN di Bojonegoro Kritis

BOJONEGORO-PasOpati, Gedung SD Negeri Ngulanan I di Desa Ngulanan, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, Jatim rusak parah, sehingga hampir ambruk.

Seperti dikutip oleh MICOM Jum'at 30 September 2011. Kondisi tersebut puluhan siswa merasa tidak nyaman saat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kerusakan itu hampir rata terjadi pada bangunan ruang kelas I-V. Kerusakan ini terlihat dengan banyaknya dinding tembok yang mengelupas dan retak-retak.

Kerangka serta sebagian dinding bangunan yang terbuat dari kayu dinding rapuh.Kerusakan ruangan terparah terjadi pada kelas IV. Sebab, sebagian kerangka atap bangunan mengalami rusak berat. Termasuk, plafon rungan ini juga banyak yang jebol.

Meski begitu, ruangan itu masih dipakai untuk kegiatan belajar mengajar oleh siswa dan guru.

Selain itu, kondisi lantai di semua ruangan kelas pecah dan retak. Begitu pula, kondisi gentengnya banyak yang pecah sehingga saat musim penghujan, ruangan kelas kebocoran.

"Belajar tidak tenang. Apalagi, kalau musim hujan. Takut kalau tiba-tiba ambruk," ujar siswi kelas IV, Anisa Yuliani.

Kepala SDN Ngulanan I, Siti Ihdiyati mengungkapkan, bangunan sekolahnnya terakhir diperbaiki pada 1974. Sejak saat itu hingga kini tidak kunjung ada perbaikan lagi. (OL-11)

Kamis, 22 September 2011

19 Desa di Nganjuk Krisis Air Bersih

NGANJUK - Sebanyak 19 desa di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, krisis air, hingga warga terpaksa mengandalkan pasokan air dari PDAM untuk kebutuhan sehari-hari.
“Kemarau seperti ini di daerah-daerah itu memang sulit untuk mencari air, debitnya di sungai sudah sangat kecil dan banyak sumber mata air yang kering,” kata Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Nganjuk, Gunawan Widagdo di Nganjuk, kutip surya online Kamis (15/9/2011).
Ia mengatakan 19 desa yang mengalami krisis air bersih itu tersebar di lima kecamatan, yaitu di Ngetos, di antaranya Desa Ngetos, Mojoduwur, Suru, Klodan, Blongko, dan Kepel. Kecamatan Pace ada empat desa, yaitu Joho, Jatigreges, Gondang, dan Jampes.
Di Kecamatan Ngluyu ada dua desa yaitu Tempuran dan Lengkonglor, Kecamatan Jatikalen ada lima desa, yaitu Pule, Pulowetan, Dawuhan, Perning, dan Gondangwetan. Untuk di Kecamatan Nglengkong ada dua desa yang mengalami krisis air bersih, yaitu Desa Ketandan dan Bangle.
Gunawan menyebut, daerah-daerah itu kondisinya sangat memerlukan bantuan, terutama air bersih. Mereka sudah sulit mencari air, karena debit dari sumber mata air yang keluar sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan warga serta kebutuhan lainnya.
“Kalau untuk konsumsi sendiri sebenarnya ada, tapi, mereka kan juga banyak yang mempunyai ternak, hingga debit air yang ada sudah tidak mencukupi,” ujarnya.

Warga Mrican Ngluruk Gedung DPRD

Kediri, Pasopati - Warga Kelurahan Mrican, Kecamatan Mojoroto Kota Kediri, sekitar pukul 09.45 Senin (19/9/11) mendatangi kantor DPRD Kota Kediri guna menuntut segera dibangunnya Kampus UNIBRAW Di Kota Kediri khususnya diwilayah Kelurahan Mrican.
Massa yang datang langsung menggelar orasi, mengecam DP-RD Kota Kediri yang dianggap tidak peduli dengan pendidikan. Dalam orasinya warga kelurahan Mrican mendesak dewan agar menyetujui pendirian Universitas Brawijaya di atas tanah asset Kota Kediri ex tanah sawah desa/ kelurahan Mrican Kecamatan Mojoroto sebagaimana tertuang dalam MOU antara Pemerintah Kota Kediri dengan Universitas Brawijaya Malang, Nomor : 119/23/419.16/2010 dan Nomor : 37/H.10/KS/2010 tanggal 1 De-sember 2010.
Soewarno salah satu perwakilan warga mengungkapkan, warga dan elemen masyarakat di kelurahan Mrican meminta agar DP RD segera merealisasikan atas kesepakatan yang sebelumnya sempat menjadi wacana dengan pihak UNIBRAW.
“Demo ini sebagai bentuk protes warga untuk meminta kejelasan atas wacana pembangunan Kampus Unibraw tersebut dikelurahan Mrican yang sempat menjadi tarik ulur lokasi pembangunannya, hal itu sempat digulirkan oleh beberapa kalangan oknum dewan sendiri,”tandasnya.
Sekedar diketahui tarik ulur pembangunan kampus Unibraw di Kota Kediri sempat diwacanakan akan dibangun diwilayah Kelurahan Mrican, Kecamatan Mojoroto dan Kelurahan Bangsal Kecamatan Pesantren hingga menimbulkan berbagai tanda tanya serta keresahan masyarakat Kelurahan Mrican serta tim 11 yang sebelumnya juga sempat mempertanyakan kelanjutan pembangunan kampus itu di wilayah Mrican.(isa)

Warta Pasopati News Sebelumnya

  © PASOPATI Online ...Berita Informatif.Dan . Akuntabel

Ke : HALAMAN UTAMA