Kediri, PasOpati - Suro adalah Tahun Baru menurut kalender Jawa. Berbeda dengan perayaan Tahun Baru kalender Masehi yang setiap tanggal 1 Januari dirayakan dengan nuansa pesta, orang Jawa tradisional lebih meng-hayati nuansa spiritualnya.
Pemahamannya adalah : Tanggal satu pada tahun baru Jawa diperingati sebagai saat dimulainya adanya kehidupan baru. Umat manusia dari lubuk hati terdalam manem-bah, menghormati kepada Yang Satu itu, Yang Tunggal, Yang Esa, yang mula-mula menciptakan seluruh alam raya ini dengan semua isinya, termasuk manusia, yaitu Gusti, Tuhan yang Maha Esa.
Oleh karena itu peringatan 1 Suro selalu berjalan dengan khusuk, orang membersih-kan diri lahir batin, melakukan introspeksi, mengucap syukur kepada Gusti,Yang Mem-buat Hidup dan Menghidupi, yang telah memberi kesempatan kepada kita semua untuk lahir, hidup dan berkiprah didunia ini.
Menyadari atas kesempatan teramat mulia yang diberikan oleh Sang Pencipta, maka sudah selayaknya manusia selaku titah menjalankan kehidupan didunia yang wak-tunya terbatas ini, dengan berbuat yang terbaik, tidak hanya untuk dirinya sendiri dan keluarga terdekatnya, tetapi untuk sesama mahluk Tuhan dengan antara lain melestarikan jagad ini, istilah kejawennya adalah Memayu Hayuning Bawono. Tidak salah jagad harus dilestarikan, karena kalau jagad rusak, didunia ini tidak ada kehidupan.
Pemahaman ini telah sejak jaman kabu-yutan di Jawa , dimasa kuno makuno, telah dengan sadar disadari sepenuhnya oleh para pinisepuh kita.
Perayaan 1 Suro bisa dilakukan dibanyak tempat dan dengan berbagai cara. Itu tergantung dari kemantapan batin yang menjalani dan bisa juga sesuai dengan tradisi masyarakat setempat. (isa)
Berikut jadwal Suro_an di Kediri:
~ Peringatan Hari besar Jawa (Suro) didesa Klanderan Kec. Plosoklaten hari Sabtu Pahing 10/12/2011 jam 19.00 wib.
~ Jowo Dipo didesa Bedali Kec. Ngancar hari Senin wage 12/12/2011.
~ Kaweruh Murtitomo Waskito Tunggal di dusun Darungan desa Punjul Kec. Ploso klaten hari Sabtu wage 17/12 jam 20.00 wib.
Selasa, 20 Desember 2011
Kemah dan Pagelaran Wayang Kulit
Sebagai Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa.
Kediri, PasOpati – Seiring dengan laju dan perkembangan informasi dan tehnologi, yang di ikuti dengan masuknya berbagai budaya asing, perlahan namun pasti berdampak para menurunnya rasa kebangsaan dikalangan masyarakat Indonesia.
Sejalan dengan hal itu dunia pendidikan yang selama ini digadang-gadang mampu membawa perubahan dan mampu membangkitkan rasa nasionalisme juga terlihat kewalahan menghadapi dampak negative perkembangan tehnologi modern yang merambah kedalam dunia pendidikan. Hal itulah yang mendorong SMAN I Kandangan Kediri Jawa Timur menggalang kerjasama antar instansi pendidikan sekecamatan Kandangan dan sekitarnya untuk mengadakan perkemahan bersama dan pagelaran wayang kulit.
Kegiatan tersebut dilakukan sebagai implementasi pendidikan karakter bangsa dilingkungan dunia pendidikan di kecamatan Kandangan. Seperti diungkapkan oleh Drs. Saeno selaku penanggung jawab kegiatan yang dilangsungkan pada hari Sabtu sampai Minggu (24-25/12/2011) tersebut sebagai upaya untuk menumbuhkan rasa nasionalisme kebangsaan dan kecintaan pelajar terhadap pelestarian lingkungan.
Lebih jauh Saeno menuturkan pada hari Sabtu (24/12) diadakan kemah Bhakti Pramuka yang disertai dengan kegiatan penanaman pohon oleh para panitia dan peserta untuk mendukung pencanangan penanaman satu miliar pohon yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Malam harinya diadakan pagelaran wayang kulit yang bertujuan untuk menumbuhkan cinta budaya asli daerah dikalangan para pelajar, “Saat ini para generasi muda cenderung melupakan budaya asli daerah, padahal budaya asli daerah seperti wayang kulit merupakan sarana sosialisasi yang dikemas dalam bentuk hiburan yang begitu enak ditonton maupun didengar” jelas Saeno.
Masih menurut Saeno dalam pegelaran wayang tersebut diharapkan para peserta Kemah Bersama tersebut dapat mengenali berbagai tokoh dan juga berbagai perwatak’annya, sehingga para peserta dapat mengambil contoh yang baik. Melalui pagelaran wayang tersebut berbagai pesan moral dapat disampaikan dengan lugas dan mudah diterima, seperti pentingnya menjaga lingkungan kita agar selalu bersih dan sehat, juga pentingnya menjaga bumi Indonesia ini dari kehancuran akibat tindakan semena-mena orang-orang yang tidak bertanggung jawab, “Hal itu penting untuk kita sampaikan, demi kelestarian hidup bangsa Indonesia” tegas Saeno. (spe)
Sejalan dengan hal itu dunia pendidikan yang selama ini digadang-gadang mampu membawa perubahan dan mampu membangkitkan rasa nasionalisme juga terlihat kewalahan menghadapi dampak negative perkembangan tehnologi modern yang merambah kedalam dunia pendidikan. Hal itulah yang mendorong SMAN I Kandangan Kediri Jawa Timur menggalang kerjasama antar instansi pendidikan sekecamatan Kandangan dan sekitarnya untuk mengadakan perkemahan bersama dan pagelaran wayang kulit.
Kegiatan tersebut dilakukan sebagai implementasi pendidikan karakter bangsa dilingkungan dunia pendidikan di kecamatan Kandangan. Seperti diungkapkan oleh Drs. Saeno selaku penanggung jawab kegiatan yang dilangsungkan pada hari Sabtu sampai Minggu (24-25/12/2011) tersebut sebagai upaya untuk menumbuhkan rasa nasionalisme kebangsaan dan kecintaan pelajar terhadap pelestarian lingkungan.
Lebih jauh Saeno menuturkan pada hari Sabtu (24/12) diadakan kemah Bhakti Pramuka yang disertai dengan kegiatan penanaman pohon oleh para panitia dan peserta untuk mendukung pencanangan penanaman satu miliar pohon yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Malam harinya diadakan pagelaran wayang kulit yang bertujuan untuk menumbuhkan cinta budaya asli daerah dikalangan para pelajar, “Saat ini para generasi muda cenderung melupakan budaya asli daerah, padahal budaya asli daerah seperti wayang kulit merupakan sarana sosialisasi yang dikemas dalam bentuk hiburan yang begitu enak ditonton maupun didengar” jelas Saeno.
Masih menurut Saeno dalam pegelaran wayang tersebut diharapkan para peserta Kemah Bersama tersebut dapat mengenali berbagai tokoh dan juga berbagai perwatak’annya, sehingga para peserta dapat mengambil contoh yang baik. Melalui pagelaran wayang tersebut berbagai pesan moral dapat disampaikan dengan lugas dan mudah diterima, seperti pentingnya menjaga lingkungan kita agar selalu bersih dan sehat, juga pentingnya menjaga bumi Indonesia ini dari kehancuran akibat tindakan semena-mena orang-orang yang tidak bertanggung jawab, “Hal itu penting untuk kita sampaikan, demi kelestarian hidup bangsa Indonesia” tegas Saeno. (spe)
Langganan:
Postingan (Atom)
Warta Pasopati News Sebelumnya
-
Kediri – Kepala Desa Manyaran Tumidjan ( Om Cey ) pada hari Rabo, 13 Juli 2011 melakukan sosialisasi lanjutan tentang Alokasi Dana Desa (ADD...
-
Kapolsek : “Kasus Terus Berlanjut” KEDIRI – Kasus perusakan saluran irigasi desa Ngablak Kecamatan Banyakan yang di bangun oleh PNPM MPd ta...
-
Kediri, Pasopati - Lebih dari 50 anak di bawah umur di Eks Karesidenan Kediri tidak bisa merayakan hari raya Idul Fitri bersama keluarga di...
-
Kediri, Pasopati – Paguyuban Waranggono Mekar Sari Desa Banyuanyar Kecamatan Gurah kabupaten Kediri setelah hampir lima tahun tanpa ada sent...
-
Kediri, Pasopati – Wayang Mbah Gandrung merupakan wayang kayu yang ada di Desa Pagung Kecamatan Semen Kabupaten Kediri. Wayang Mbah Gandrung...
-
Surabaya - Polda Jatim melarang keras aksi sweeping tempat hiburan malam yang dilakukan organisasi masyarakat (ormas) pada saat bulan Ramada...
-
Kediri, Pasopati - Sebanyak 750 personil gabungan Polri, TNI dan keamanan dikerahkan untuk mengamankan pelaksanaan sedekah perusahaan rokok...
-
Kediri - Jaranan pada jaman dahulu adalah selalu bersifat sakral. Maksudnya selalu berhubungan dengan hal-hal yang sifatnya gaib. Selain unt...
-
Kediri, Pasopati - Warga Kelurahan Mrican, Kecamatan Mojoroto Kota Kediri, sekitar pukul 09.45 Senin (19/9/11) mendatangi kantor DPRD Kota K...
-
Kediri, Pasopati - Kalangan DPRD Kota Kediri mempertanyakan legalitas (badan hukum, red) kesebelasan Persik Kediri. Pasalnya, meski Pemerin...